Sultana Rusdiawan & Gunayasa, K. Bagus Ida. 2019. Fungsi Cerita Rakyat Sabuk Bidadari dalam Masyarakat Suku Sasak. Lingua (2019), 16(1): 109 -122. DOI: 10.30957/lingua.v16i1.578. 111 teliti dan cermat. Untuk itulah, penulis merasa perlu melakukan kajian tentang "fungsi cerita rakyat sabuk bidadari dalam masyarakat suku Sasak Lombok".
masyarakatsuku Sasak •Menjelaskan penyebaran penduduk masyarakat Suku Sasak 8 Jam 2 Memahami adat bertani nenek moyang Gumi Sasak •Menjelaskan adab betanduran cara Sasak 8 Jam 3 Memahami Budaya masyarakat Gumi Sasak •Mendeskripsikan budaya yang ada pada masyarakat Gumi Sasak 8 Jam 4 Memahami sastra yang berkembang di masyarakat Gumi Sasak
MENGUNGKAPSIFAT-SIFAT TERPUJI MANUSIA DALAM CERITA RAKYAT SASAK: SUATU KAJIAN TEMATIS . Tersimpan di: Main Author: Fakihuddin, Lalu: Format: patient, high responsibility, mutual-consultative, and loyal.LINGUA: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannyahmca. Tekocapan leq zaman Majapahit laeq, araq tetugasan tukang lukis lumbar nyebrang tipaq Gumi Lombok. Jari tugasne yaq mete keturunan raje si bini yaqne tegambar talukis . Tukang lukis niki pesaengane Raden Mas Pahit. Sampun kesurah dateng Gumi Jawe, ntan Datu Lombok ndoean bije solah pesaengane Denda Dewi Ratnasari. Dende Dewi Ratnasari nike sanget inges. Jete polak aiq, penyerminan solah, pagerane rapi, ranggot gadingne maraq tajuk ile-ile, malik alus kulitne. Kocap rauh Raden Mas Pahit mendarat leq Labuhan Lombok. Deq sue klangsung lumbar kurin reje, matur pewikan entan kerauhane. Ngemban tugas lekan Gumi Jawa gen ngelukis selapuq bijan raje. Lukisan sino yaqne teaturan tipaq raje leq Jawe. Mbe si tekayunan salaq sopoq yaq tegading jari sebinian raje. Konteq cerite, bilang jelo Dewi Ratnasari kecunduk kance Raden Mas Pahit. Sebilangne bedait tetep saling kemosin. Aranjaq dengan pade bajang inges dait tilah. Pade saling meleq ceritane Raden kance Dende. Sokne si pulih tetep mecunduk, timaq-timaq uah jari lukisane, sajakne badeng – adengan Raden Nune Mas Pahit. Sue-sue saling kangen ye tarik. Leq sopoq jelo bebase Raden Nune “ O gamaq ariq solah Dewi Ratnasari, lamun uah jari lukisan sine, pasti ite yaq bekelin. Ite gen belalang isiq segare galuh. Takut tiang aturin raje Majepahit utawi Patih Gajah Mada lukisande sine. “Ngumbe maksud pelinggihde Kakang Mas” bebase Dende Dewi Ratna. “ Tiang yakin, lamun sermin lukisan niki isiq raje pasti kayun gading pelinggih de jari sebinian. Sementare tiang uah tumpah angen leq pelinggih de. Ndeqne bae maiq angen idap rase tiang Dende si bepisah kace peragayande. Bilang jelo kelem tiang pikiran ngumbe care siasat tiang adeq tete bau bareng kance side Dende. Menng ye Dewi Ratnasari, tetu-tetu ye tesentuh isiq bebaos Raden Nune. Penoq sesaq idap rasen dadene Dewi Mas. Malik bebase Raden Nune Mas Pahit “ Ngumbe Dende solah pendapat pelinggihde ? Sampunan de meneng doang. “Ampure Raden, soal niki jaq nenten bau katur isiq tiang. Sengaq tiang niki bangse nine, tiang sekedar ngantos doang.” Basen Dewi Mas Ratnasari. Ngumbe aden tiang matur leq hadepan ragen mamiq Datu ?” “ Pekayunan Raden, sampunan jari sisip leq tiang niki” Raden Mas Pahit banjur lumbar menghadep leq rage Mamiq Datu. Matur pekayunane tipaq Datu. Datu meneng doang. Periak ye lemun tetolak pekayunan Raden Mas. Laguq bingung malik mikiran raje si leq Majepahit. Ngeno entan bingung, ngeno juaq entan lebih periak tipak Raden Mas Pahit. Kontaq cerite, Raden Mas pahit uah bebulanan ndeq man tulak tipak Majapahit. Utusan pelukis lain-lainan jaq uah doang ngaturan lukisane tipaq raje. Tekocapan endah raje sampun pulih lukisan inges dedare lekan Madura pasaengan Diyah Pitaloka. Ye sino jari pilihane. Laguq lantaran kejarian salaq paham leq Majapahit, pejangkepan Raje kance Diah Pitalika burung jari. Sampe terjedi pesiatan peperangan tearanin peperangan Bubat. Malik tetuturan Raden Mas Pahit. Jari araq utusan nyelidikin keadaan Raden Mas Pahit leq Gumi Lombok. Kendaitan ye, ternyate uah jari menantu Datu Rangka Sari Datu Lombok. Utusan nike tulak ngelapur ntan Raden Mas Pahit uah mejangkepkance bijen Datu Lombok. Banjur tekirim pasukan perang tepimpin isiq Empu Nala yaq hukum Datu Rangka Sari dait menantuna serte bijene. Kocap ratusan perahu terkirim tipak Lombok. Uahne dating Lombok, beterus beperangan, taceritaang Datu Rangka Sari kalah perang. Raden Mas Pahit kance sebinianne bereri tipaq gawah Lombok teparan Gawah Watu Parang. Jari tekocapan leq gawah Wetu Parang niki taoqne bukaq pemukiman kence sise prajurit si setie turut ye bererei. Taoqne jaoq lekan Labuan dengan tujuan ndakne rapet laloq lekan pesisi. Usulan nike tesampean isiq due patih teparan patih Singa Repa kance patih Banda Yuda. Sumber Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
This research purpose was to describe linguistic data related to language preservation planning in children through family and school environments in folklore. The method of this research was a descriptive qualitative which describes the influence of using folk tales to preserve the Sasak language. In the analysis, the data was in the form of linguistic data that contains moral values that can be taught to children through folklore and can strengthen Sasak language porting. The result of this research was the factors that can influence the training of the Sasak language can be found through folk stories. Children can also practice Sasak languages starting from sitting in Kindergarten so that the Sasak language doesn't become extinct. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita- 193 JURNAL ILMIAH GLOBAL EDUCATION MELESTARIKAN BAHASA SASAK MELALUI CERITA-CERITA RAKYAT PADA LINGKUNGAN KELUARGA DAN SEKOLAH UNTUK ANAK USIA DINI YANG DITINJAU DARI PENDEKATAN SOSIOLINGUISTIK Baiq Yulia Kurnia Wahidah Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Institut Pendidikan Nusantara Global, Praya - Indonesia, 83511 History Article Article history Received November 5, 2020 Approved November 30, 2020 ABSTRACT This research purpose was to describe linguistic data related to language preservation planning in children through family and school environments in folklore. The method of this research was a descriptive qualitative which describes the influence of using folk tales to preserve the Sasak language. In the analysis, the data was in the form of linguistic data that contains moral values that can be taught to children through folklore and can strengthen Sasak language porting. The result of this research was the factors that can influence the training of the Sasak language can be found through folk stories. Children can also practice Sasak languages starting from sitting in Kindergarten so that the Sasak language doesn't become extinct. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data kebahasaan terkait perencanaan pelestarian bahasa pada anak melalui lingkungan keluarga dan sekolah dalam cerita rakyat. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan pengaruh penggunaan cerita rakyat dalam melestarikan bahasa Sasak. Dalam analisis, data berupa data kebahasaan yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat diajarkan kepada anak melalui cerita rakyat dan dapat memperkuat porting bahasa Sasak. Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelatihan bahasa Sasak dapat ditemukan melalui cerita rakyat. Anak-anak juga bisa berlatih bahasa sasak mulai dari duduk di TK agar bahasa sasak tidak punah. Keywords Preservation Sasak Language, FolkloreEmail yuliakurnia_wahidah PENDAHULUAN Ketika dua atau lebih bahasa bersanding dalam pemakaiannya di masyarakat, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, kedua bahasa itu hidup berdampingan secara berkeseimbangan dan memiliki kesetaraan. Kedua, salah satu bahasa menjadi lebih dominan, Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 194 menjadi bahasa mayoritas, dan menjadi lebih berprestise, sementara yang lain berkondisi serba sebaliknya, bahkan terancam menuju kepunahannya. “Rapid change often occurs when there is extensive bilingualism, which can lead to one language being lost altogether”Anonbi. 1999. Kemungkinan kedua menjadi kenyataan di Indonesia dalam kaitan dengan bersandingnya bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah Chaer, dkk. 2010. Kemungkinan akan punahnya suatu bahasa dicemaskan oleh banyak pihak. Berangkat dari keprihatinan akan matinya banyak bahasa, UNESCO Holmes, 2001 mencanangkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional pada suatu konferensi bulan November 1999 dan mulai merayakannya sejak tahun 2000. Ada alasan mendasar mengapa kepunahan suatu bahasa sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki jalinan yang sangat erat dengan budaya sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan Hymes. 1889. Karena begitu eratnya jalinan antara bahasa dan budaya, Menurut Dawson mengatakan, tanpa bahasa, budaya kita pun akan MATI Anonbi. 1999. Hal ini bisa terjadi karena, sebagaimana dikatakan oleh Fishman. 1996, bahasa adalah penyangga budaya; sebagian besar budaya terkandung di dalam bahasa dan diekspresikan melalui bahasa, bukan melalui cara lain. Ketika kita berbicara tentang bahasa, sebagian besar yang kita bicarakan adalah budaya. Untuk menghambat atau mencegah laju kepunahan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya bahasa Sasak, akan dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui pelestarian dalam perencanaan bahasa tersebut. Bahasa Sasak dapat dilestarikan melalui cerita-cerita rakyat tempo dulu yang menjadi mediasinya. Cerita –cerita rakyat ini dapat diberikan kepada anak-anak usia dini yang dimulai dari lingkungan pertama yaitu keluarga dan lingkungan kedua yaitu pada sekolah atau lingkungan formal. Pada lingkungan formal akan dikhususkan bagi anak-anak usia dini sampai pada tingkat SD. Cara ini dimulai dari tingkat PAUD atau TK hingga SD. Tujuan kebijaksanaan bahasa adalah dapat berlangsungnya komunikasi kenegaraan dan komunikasi intrabangsa dengan baik, tanpa menimbulkan gejolak social dan emosional yang dapat menganggu stabilitas bangsa Kridalaksana. 2006. Melalui suatu kebijakan untuk pelestarian bahasa inilah akan dikembangkannya bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya pada bahasa masyarakat suku Sasak. Kebijaksanaan ini juga harus berdiri dari paying hokum yang menaunginya. Sehingga pada pembelajaran di tingkat sekolah diadakan mata pelajaran muatan local yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan permen Diknas No. 22 tahun 2006. Oleh karena itu pelestarian perencanaan bahasa dimulai melalui lingkungan pertama yaitu keluarga dan dilanjutkan lagi pada lingkungan sekolah tingkat pertama yang terdiri dari PAUD,TK, sampai pada SD. Pelestarian bahasa ini diperuntukkan untuk para generasi emas bangsa ini, karena merekalah yang akan mengembangkan perkemabangan bahasa kedepannya. Maka, sudah seharusnya mereka diajarkan mulai dari awal bahasa-bahasa daerah mereka khususnya bahasa Sasak. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Di mana data-data yang ditemukan di lapangan akan dideskripsikan secara menyeluruh dengan menggunakan tiga tahapan strategis, yaitu tahap penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Penyediaan data dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta kebahasaan yang berkaitan dengan penggunaan perencanaan analisis data menggunakan metode etnografi komunikasi yaitu komponen tutur dari miliknya Dell Hymes “SPEAKING’. HASIL DAN DISKUSI a. Fokus Perencanaan Bahasa Masalah berikutnya dalam perencanaan bahasa adalah, apakah sasaran perencanaan bahasa itu. Dari berbagai kajian yang dapat dilihat sasaran perencanaan bahasa itu yang dilakukan setelah menetapkan kestatusan bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, yaitu Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 195 1 pembinaan dan pengembangan bahasa yang direncanakan sebagai bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan, dan sebagainya; dan 2 khalayak di dalam masyarakat yang diharapkan akan menerima dan menggunakan saran yang diusulkan. Maka sesuai dengan fokus dari perencanaan bahasa ini adalah status yang ditujukan kepada masyarakat luas agar dapat diterima dan dikhususkan kepada anak-anak usia dini. Apabila sasaran perencanaan bahasa ini adalah khalayak dalam masyarakat, maka perencanaan itu antara lain 1. Dapat diarahkan kepada golongan penutur asli yang bukan penutur asli 2. Kepada yang masih duduk dibangku sekolah atau yang bersekolah 3. Kepada kaum guru pada jenjang sekolah dasar 4. Kepada khalayak dalam kelompok komunikasi media massa majalah, surat kabar, televise, film, dan lain sebagainya, juga kepada kelompok-kelompok sosial lain yang ada di dalam masyarakat. Sesuai dengan suatu perencanaan bahasa juga harus diikuti dengan beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Dalam makalah ini pelaksanaan perencanaan bahasa difokuskan pada status masyarakat yang akan menggunakan bahasa ini dan pelaksanaannya di lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama untuk mengembangkan bahasa daerah sebagai bahasa ibu untuk anak-anak. Sehingga anak-anak tidak akan meninggalkan bahasa daerahnya sendiri. Yang kedua adalah lingkungan sekolah yang diberikan pada mata pelajaran muatan lokal. b. Fenomena-fenomena yang terjadi Berdasarkan fokus dari penulisan makalah ini adalah anak usia dini, maka ada dua fenomena yang dapat ditemukan. 1. Di lingkungan keluarga Seorang ibu biasanya akan mendongengkan anaknya ketika akan tidur atau sebagai pengantar dalam tidur mereka. Ibu akan menceritakan cerita-cerita rakyat yang bisa diambil manfaatnya bagi anak mereka. Salah satu contoh dari cerita rakyat di pulau Lombok adalah tegodek-godek dan tuntel. Konteks data Di kutip dari muatan local Lalu Ratmaja “Nengke ken inaq nyeritaang Arya spook cerita sik bagus geti, cerita ine teparan aran Tegodek-godek bekek tuntel. Laek Amaq tegodek-godek lalo ojok sedin kokok ken ngenti lolon puntik sik eler. Sohan ne sik wah dating tono, bedeitlah iye kence amaq tuntel.” Percakapan antara Tegodek-godek dan Tuntel Tegodek-godek “yoh wah tene aran taok mek tuntel, paran ku eku ken bejuluan dating sik ente” Tuntel aok, kan je kente ngenti lolon puntik sik eler amaq tegodek-godek. Tegodek-godek pede ngeno je tujuante ketek ine. Sohanne sik wah sue ngenti eler sopok lolon puntik. Neke lolon puntik ine arak sekek jerine begi duene iye pede sepeleng. Amaq tegode-godek beit potone kence buakne terus lok tuntel beit tunggakne. Tene anakku arak pelajaran sik beu tebeit, amaq tegodek-godek beit poto knce buak puntik ino tujuaanne agekne meuk buakne deit egekne endek meuk tuntel sik becik. Cara marak sik ngene anakku endek te kanggo nurutang ye, jerine lamunete bedoe epe-epe jemak terus arak baturte endek te kanggo mele mesak harus te bareng. Sohan ne sik wah pede meuk keduakne ulek lah ye jok tengak gawah malik. Nah amaq tegodek-godek jeukne poton puntik kence buak puntikne taek ojok lolon kayuk lamun tuntel je talet ne ye lek bawak tunggak ne ino. Jeri tujuan tuntel nalet ye adekne sik beu bebuak malik. Sohan sik ino, buek lah buak puntik amaq tegodek-godek deit lolon puntik ne endah goro. Laguk lamun tuntel je wah mulei idup, deit kene gelis bebuak. Ngone-laek, turun amaw tegodek-godek lekan lolon kayuk, gitakne lolon puntik tuntel. Jerine wah iri geti ye sengakne gitak ye ngeno. Percakapan Tegodek-godekwah bebuak puntik ne amaq tuntel Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 196 Tuntel aok amaq tegodek-godek,wah bebuak ye ne, ide ngumbe puntikde wah bebuak? Tegodek-godek aok pede mesi wah kene bebuak endah, amaq tuntel arak wah ruene masaka no sekek beu ke ite ngerasak ye sekek? Tuntel aok ngke, eku endek ku tao belete endah, ide sik biese. Neke ku neti ide le bawak Tegodek-godek aok, enti neke ku juang turun. “Sohan ne sik wah taek mulei ye ngaken puntik amaq tuntel, lamune beketoak amaq tuntel mbe puntik ino jawabanne endek man doing. Jerine sampai ne buek puntik amaq tuntel sik ne ngaken ye mesak-mesak. Amaq tuntel sik bedoe puntik jene endek ne meuk sik ne.” Gambaran dari cerita ini adalah seorang tegodek-godek atau seekor monyet dan seekor tuntel kancil yang hidup di hutan belantara. Pada suatu pagi mereka pergi ke hilir sungai untuk menunggu batang pohon yang terbawa arus sungai. Setelah mereka mendapatkan batang pohon pisang tersebut, maka mereka membagi duanya. Si Tegodek-godek mengambil ujung pisang beserta buahnya dan batangnya diberikan kepada si Tuntel. Setelah itu lalu mereka pulang ke hutan. Si tegodek-godek membawa ujung pisang dan buah pisangnya naik ke atas pohon sedangkan si Tuntel menanam batang pisang tersebut. Setelah beberapa kemudian, maka si tegodek-godek yang kelaparan karena pisangnya sudah habis dimakan, maka dia turun dari atas pohon dan melihat pohon pisang milik tuntel sudah besar dan berbuah. Sedangkan dia pohon pisangnya sudah mengering. Ia pun meminta kepada si Tuntel untuk melihat apakah ada buah pisang yang sudah matang. Si tuntel pun mengizinkan, karena ia memiliki badan yang kecil dan tidak bisa memanjat. Namun, dengan sifat rakusnya ia hanya memakan buah pisang milik Tuntel sampai habis dan tidak memberikan satupun kepadanya. Itulah gambaran dari cerita tersebut. Maka dari fenomena ini dapat dipetik pelajaran yang bernilai moral bagi seorang anak. Dapat dilihat dari percakapan seorang ibu “Cara marak sik ngene anakku endek te kanggo nurutang ye, jerine lamunete bedoe epe-epe jemak terus arak baturte endek te kanggo mele mesak harus te bareng. Yang artinya “wahai anakku cara yang seperti ini mau, cara yang rakus dan mau menang sendiri, mengambil hak orang lain tidak boleh dilakukan. Apabia nanti kamu mempunyai barang atau makanan dan ada temanmu maka kamu harus memberikannya juga kepadanya”. Inilah salah satu nilai moral yang dapat ditanamkan kepada anak. Anak juga dapat menerima bahasa ibu yaitu bahasa daerahnya sendiri. 2. Lingkungan sekolah Pada lingkungan sekolah akan menggunakan cerita seperti di atas. Akan tetapi konteksnya akan berbeda. Para guru akan memberikan pelajaran ini melalui mata pelajaran muatan local pada anak tingkat SD dan untuk anak-anak tingkat PAUD atau TK akan diberikan pada tema budaya. Seorang guru akan menggunakan bahasa daerah. Tujuannya adalah untuk mengenalkan ini adalah salah satu cerita rakyat yang ada di pulau Lombok dan dapat dipelajari oleh peserta didiknya. c. Pemertahanan dalam Perencanaan Bahasa Untuk dapat mempertahankan kelestarian bahasa daerah yang ada di masyarakat suku Sasak. Maka perlu adanya suatu perencanaan agar pemertahanan dalam pelestariannya tetap terjaga adan tidak mengalami kepunahan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pemertahannanya adalah sebagai berikut 1. Cerita-cerita rakyat yang ada di pulau Lombok dibuat menjadi cerpen yang berisi kumpulan cerita-cerita pada masa lampau atau berbentuk legenda. 2. Pemerintah setempat mengadakan pelatihan yang khusus mengenai penerapan bahasa Sasak untuk guru-guru mata pelajaran muatan local. 3. Para ibu-ibu sebaiknya mengajarkan anak-anaknya untuk tetap menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya, contohnya ketika mendongengkan ketika akan tidur. 4. Diadakannya perlombaan-perlombaan untuk tingkat anak-anak dalam membaca cerita rakyat dengan menggunakan bahasa daerah. Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 197 5. Diadakannya pertunjukkan seperti drama kolosal yang memuat cerita-cerita rakyat dengan mediasi bahasa daerah beserta semua yang berkaitan dengan daerahnya. 6. Para guru dalam memberikan pelajaran di kelas atau sekolah sebaiknya membuka pelajaran menggunakan bahasa daerah masing-masing. Untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu perencanaan bahasa Sasak ini, maka perlu diadakan suatu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu cara yang dilaksanakan untuk melihat bagaimana perkembangan dalam perencanaan bahasa yang sudah dilakukan. Dalam evaluasi perencanaan bahasa itu memang sukar dilaksanakan. Umpamanya mengealuasi bidang pembakuan bahasa, sebab pembakuan bahasa itu biasanya tidak disertai dengan pemerian terperinci mengenai sasarannya, dan tidak pula diberi kerangka acuan waktu bilamana hasilnya kira-kira akan tercapai Kridalaksana, 2006 Oleh karena itu dalam hal ini perlu diadakannya kerjasama baik dari pemerintah maupun dari masyarakat pada umumnya. Karena keberhasilan suatu pemertahanan suatu bahasa tidak akan berjalan apabila hanya dianggarkan oleh pemerintah saja akan tetapi peran serta masyarakatlah yang akan menjadi tonggak dalam keberhasilannya. Masyarakat adalah mitra tutur yang akan mengembangkannya kepada para anak-anak mereka untuk tetap mempertahankan penggunaan bahasa Sasak. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitiandi atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, untuk meningkatkan pemertahanan bahasa Sasak maka perlu diadakannya beberapa perencanaan bahasa yang dilaksanakan oleh pemerintah beserta masyarakat pada umumnya. Bahasa Sasak akan tetap berkembang dan tidak akan punah apabila pemertahanannya dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah yaitu bagi anak-anak usia dini. Anak-anak inilah yang akan mengembangkan bahasa Sasak untuk kedepannya, sehingga rasa cinta mengenai bahasa tersebut harus ditanamkan sejak dini. Sesuai dengan fokus dari penulisan makalah ini adalah berkaitan dengan status yang ada di masyarakat suku Sasak pada umumnya. Maka potensi yang dapat mempertahankan pemertahanan bahasa Sasak adalah keluarga dan sekolah sebagai mitra tuturnya. Pada lingkungan keluarga biasanya seorang ibu akan menceritakan cerita-cerita rakyat menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Sedangkan dalam lingkungan sekolah akan diberikan pada tema budaya, yaitu menceritakan cerita rakyat kepada anak didik mereka tentunya dengan mediasi bahasa daerah. DAFTAR PUSTAKA Anonby, Stan J. 1999. “ Reversing Language Shift Can Kwak’wala Be Revived” dalam Reyhner, Jon dkk. Ed.. Revitalizing Indigenous Languages. Flagstaff, AZ Northern Arizona University. Chaer, dkk. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta PT Asdi Mahasatya. Holmes, An Introduction to Sociolinguistics 2nd edition. Longman. Hymes. Dell. 1889. Foundation In Sosiolinguistic An Ethnographic Approach. Philandelpia University of Pennsylvania Press. Fishman, Joshua. 1996. “What Do You Lose When You Lose Your Language?” dalam Cantoni, G. Stabilizing Indigenous Languages. Flagstaff Center for Exellence in Education, Northern Arizona University. Kridalaksana, Kosakata dari Bahasa Daerah dan Masalahnya”. Disajikan dalam Seminar Internasional Leksikografi. Jakarta. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
cerita rakyat sasak dalam bahasa sasak